Introduction to Human Reliability

Sejarah Singkat Tentang Human Reliability
Sejak perang dunia II, reliability engineering mulai menjadi pusat perhatian. Lima jurnal penelitian di Inggris pada masa itu difokuskan pada disiplin ilmu ini. Sejak saat itu, telah dilakukan publikasi hasil penelitian terkait dengan reliability engineering di jurnal-jurnal penelitian dan buku di berbagai negara. Fungsi dari reliability engineering adalah untuk mengembangkan kebutuhan dalam keandalan produk, membangun program keandalan yang memadai, dan melakukan analisis yang tepat untuk memastikan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan.

Pada tahun 1958, H. L. Williams adalah salah satu orang yang pertama sekali menyatakan dalam laporan penelitiannya bahwa keandalan elemen manusia harus dimasukkan ke dalam prediksi keandalan sistem; jika elemen manusia tersebut tidak dimasukkan, maka nilai keandalan yang diperoleh tidak menggambarkan nilai keandalan sistem yang sesungguhnya. Di tahun 1960, A. Shapero melaporkan bahwa human error merupakan faktor dengan proporsi terbesar (20 – 50%) yang menyebabkan kegagalan dari semua peralatan. Dan di tahun yang sama, W. I. LeVan melaporkan bahwa 23 – 45 % dari kegagalan sistem dihasilkan dari human error. Hingga saat ini, telah banyak dihasilkan laporan penelitian yang berkaitan dengan human error yang merupakan salah satu faktor dalam menentukan nilai keandalan sistem (Dhillon, 1987: 2 – 3).

Human Reliability Assessment (HRA) berhubungan dengan perkiraan nilai human error dan perbaikannya dalam situasi manusia-sistem yang kritis. HRA mulai diteliti sejak awal tahun 1960-an di bidang pertahanan rudal dan aplikasi, Amerika Serikat. Penelitian pertama difokuskan pada pengembangan human error database untuk beberapa operasi sederhana (misalnya mengaktifkan tombol).

Di Indonesia sendiri penelitian tentang human reliability dilakukan dengan cara terpisah-pisah dan masih memerlukan pengembangan tentang penggunaan beberapa metode penilaian human error secara kualitatif maupun kuantitatif. Namun dari beberapa laporan penelitian yang diperoleh, dapat ditemukan bahwa penelitian mengenai human error telah dilakukan di berbagai industri di Indonesia. Sebagai contoh adalah penelitian mengenai human error pada proses perakitan pesawat telepon secara manual, proses pemintalan benang, industri dok dan galangan kapal, dan proses produksi kompor dan tabung Liquified Petroleum Gas (LPG).

Human Error
Dalam istilah yang umum, error dapat terjadi ketika seseorang gagal untuk melaksanakan tugas, melakukannya dengan tidak benar, tidak sesuai dengan prosedur, atau tidak selesai dalam jangka waktu yang diberikan. Perilaku manusia dapat mengakibatkan error dalam bekerja, akan tetapi perilaku tersebut bukan error. Dalam hal ini, konsekuensi dari perilaku berupa kinerja manusia dalam bentuk data yang tidak benar atau hilang adalah error. (Bailey, 1983: 11).

Menurut Dhillon (1987: 3), human error didefinisikan sebagai kegagalan untuk menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan yang spesifik (atau melakukan tindakan yang tidak diizinkan) yang dapat menimbulkan gangguan terhadap jadwal operasi atau mengakibatkan kerusakan benda dan peralatan. Sedangkan human reliability didefinisikan sebagai probabilitas bahwa operator dapat melakukan pekerjaannya dengan sukses pada tingkatan dan waktu (apabila terdapat ketentuan mengenai waktu minimum) yang telah ditentukan dalam sistem kerjanya. Konsekuensi yang mungkin ditimbulkan sangat beragam untuk setiap perangkat peralatan atau setiap pekerjaan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, akibat dari kesalahan manusia yang berkaitan dengan peralatan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berikut:

  1. Pengoperasian peralatan menjadi terhambat.
  2. Pengoperasian peralatan menjadi tertunda secara signifikan tetapi tidak terhambat.
  3. Pengoperasian peralatan menjadi tertunda.

Klasifikasi Human Error
Menurut Meister, human error dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu (Dhillon, 1987: 44 – 48):


1. Error pada proses operasi.
Error yang terjadi pada proses ini berhubungan dengan batas waktu pekerjaan yang harus diselesaikan operator. Hampir semua error yang terjadi disebabkan oleh batas waktu yang tidak bisa dipenuhi dalam proses operasi. Adapun situasi yang menyebabkan terjadinya error pada proses operasi, yaitu:

  • Kurangnya prosedur yang jelas.
  • Kompleksitas pekerjaan dan kondisi yang berlebihan.
  • Buruknya proses seleksi dan pelatihan terhadap operator.
  • Kecerobohan dan kurangnya minat operator terhadap pekerjaan.
  • Kondisi lingkungan kerja yang buruk.
  • Prosedur operasi yang dibuat belum benar.

2. Error pada proses perakitan
.
Error jenis ini disebabkan oleh manusia dan terjadi pada proses perakitan produk. Adanya error tersebut terjadi sebagai hasil dari kurangnya keahlian yang dimiliki oleh operator.
Beberapa contoh dari error pada proses perakitan adalah:

  • Pemasangan komponen yang tidak tepat.
  • Menghilangkan sebuah komponen.
  • Hasil rakitan yang tidak sesuai dengan blueprint (standar) dari perusahaan.
  • Penyolderan yang tidak tepat.
  • Kabel yang dipasang pada komponen terbalik.
Selain itu, Dhillon (1987) juga menjelaskan bahwa menurut penelitian Meister lainnya di tahun 1976 ditemukan banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya error di bagian produksi. Beberapa diantaranya adalah:
  • Pencahayaan yang kurang baik.
  • Tingkat kebisingan yang berlebihan.
  • Rancangan tata letak fasilitas kerja yang buruk.
  • Komunikasi dan informasi buruk dan temperatur yang berlebihan.
  • Pelatihan dan pengawasan yang kurang memadai.
  • Standard Operating Procedures (SOP) yang buruk.

3. Error pada proses perancangan.
Error jenis ini disebabkan oleh hasil rancangan yang kurang sesuai dengan sistem kerja. Hal ini merupakan kegagalan untuk mengimplementasikan kebutuhan-kebutuhan manusia dalam rancangan, kurang tepatnya fungsi yang dirancang, dan kegagalan untuk memperhitungkan efektivitas interaksi antara manusia dan mesin. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya error pada proses perancangan adalah terburu-burunya dalam melakukan perancangan, kesalahan menginterpretasi solusi dengan teliti dalam perancangan, dan kurangnya analisis terhadap kebutuhan sistem.

4. Error pada proses inspeksi.
Tujuan dari kegiatan inspeksi adalah menemukan adanya kecacatan atau kesalahan. Namun, pada kegiatan inspeksi juga dapat terjadi error karena inspeksi yang dilakukan belum 100% akurat.

5. Error pada proses instalasi.
Error jenis ini terjadi pada proses instalasi peralatan dan tergolong ke dalam error jangka pendek. Salah satu penyebab utama terjadinya error selama proses instalasi adalah kegagalan operator untuk melakukan instalasi peralatan sesuai dengan instruksi atau blueprint yang telah diberikan.

6. Error pada proses perawatan.
Error yang terjadi pada proses perawatan disebabkan tidak tepatnya tindakan perbaikan ataupun perawatan yang dilakukan oleh operator. Beberapa contohnya adalah tidak melakukan kalibrasi peralatan, pelumasan pada bagian-bagian yang tidak seharusnya, dan lain-lain.

Referensi
Bailey, Robert W. 1983. Human Error In Computer Systems. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Dhillon, Balbir S. 1987. Human Reliability: With Human Factors. Exeter, UK: Pergamon Press.


Thanks for reading.

Salam Excellent,
Budi Andryan S. Pandia.

Komentar

colbertpands mengatakan…
hehehe...

thanx bwt ilmunya bang..
da ngerti sikit la ttg HRA..
Anonim mengatakan…
Mas minta tolong mungkin referensi atau jurnalnya bisa di share atau di upload...thank

Postingan populer dari blog ini

Peran Human Factors Engineering Dalam Human Resource Management (Sebuah Perspektif Teknik Industri)

HR Budgeting

Introduction to Organization Development